SEJARAH TERBENTUK DAN BERDIRINYA NAGARI SUMANIK
A. PROSES PERPINDAHAN DAN PENATAAN WILAYAH NAGARI
Menurut ABBAS BAGINDO RAJO (1985), pada abad pertama masehi karena perkembangan penduduk yang cukup pesat di Pariangan sebagai Nagari Tuo di Minangkabau maka DUO BERSAUDARA TIRI DT. KETUMANGGUNGAN dan DT. PARPATIAH NAN SABATANG bersepakat melakukan perkembangan wilayah pemukiman dan kekuasaan ke daerah sekitar. Hal ini di mulai ke PADANG PANJANG ( jorong PADANG PANJANG BAWANG sekarang), kemudian diikiuti ke SUNGAI JAMBU, LABUAH PARAMBAHAN, TABEK SAWAH TANGAH yang dipimpin DT. KETUMANGGUNGAN. Sedangkan untuk ke LIMO KAUM DUO BALEH KOTO (Lapan Koto Didalam dan Ampek Koto Di Luar) dipimpin oleh DT. PERPATIAH NAN SABATANG. Lapan Koto Yang di dalam adalah : DUSUN TUO, KOTO GADIH, KUBU RAJO, SUPANJANG, CUBADAK, BALAILABUAH, PILIANG dan TABEK BOTO BARINGIN. Kemudian yang Ampek Koto Di Luar adalah : NGUNGUN, PANTI SAWAH JAUAH, UJUANG TANAH PABALUTAN dan LADANG LAWEH. Dengan DUSUN TUO, sebagai pusat pemerintahan saat itu atau pusat KELARASAN BODI CHANIAGO. Sebagai pimpinan Kelarasan adalah DT. PERPATIAH NAN SABATANG dan pimpinan pemerintahanan sehari-hari dikuasakan kepada DT. BANDARO KUNIANG, yang diistilahkan dg sebutan : ” GAJAH GADANG PATAH GADIANG”. Yang kemudian ditetapkan sebagai Kerajaan DUSUN TUO LIMO KAUM, Kelarasan BODI CHANIAGO. Baru dilanjutkan ke SUNGAYANG DAN TANJUANG AMEH (TANJUANG NAN TIGO : TANJUANG SUNGAYANG, TANJUNG ALAM dan TANJUANG BARULAK).
Seiriang dengan perjalanan rombongan DT. PERPATIAH NAN SABATANG ke Sungayang dan Tanjung Emas, kemudian rombongan Dt. KETUMANGGUNGAN berangkat pula menuju arah Barat. Nagari pertama yg ditemui adalan PASIA LAWEH berupa hamparan pasir yang luas di pinggir sungai. Setelah puas beristirahat di situ, rombongan turun ke bawah mendapati sebuah Nagari yang tumbuh bunga yang rimbun daunnya di tepi sungai di bawah batang kayu tarok. Karena Nagari yang sejuk dengan air yang jernih ini dirasa sangat cocok dijadikan sebuah pemukiman maka dilakukan gotong royong yang diistilahkan “ manaruko” atau “dicancang lateh” di tempat tersebut. Setelah selesai, maka Nagari ini dinamakan dengan Nagari SUNGAI TARAB (SUNGAI TAROK) sebagai pusat Kerajaan BUNGO SETANGKAI dimana DT. KETUMANGGUNGAN sebagai pimpinan Kerajaan dan DT, BANDARO PUTIAH sebagai pimpinan pemerintahan sehari-hari dengan gelar “ANGKU TITAH”. Dan kemudian Sungai Tarab ditetapkan sebagai pusat Kelarasan KOTO PILIANG, Angku Titah sebagai di daulat pimpinannya, dengan sebutan : ......................... .
B. TERBENTUKNYA NAGARI SUMANIK.
Setelah beberapa lama bermukim dan terbentuknya nagari Sungai Tarab, terasa sudah mulai padat dan perlu pengembangan wilayah. Maka disepakati untuk melakukan perjalanan ke arah atas kembali tapi mengarah ke Barat Daya dan Utara dari Nagari Sungai Tarab. Rombongan bergerak ke Nagari KUMANGO yang terdaoat batang air yang bernama BATANG KUMANGO yang bercabang dua, satu cabang mengalir ke arah Selatan sampai ke Sungayang melalui nagari Sumanik sekarang dan satu lagi mengalir ke arah Tanjuang Sungayang di sebelah Utara. Maka rombongan di bagi dua, satu rombongan ke arah Selatan dan satu rombongan lagi ke arah Utara, menyusuri sungai tersebut.
Rombongan memilih aliran sungai sebagai cara pergerakan, sebab pinggiriran sungai dapat dijadikan tempat beristirahat dan bermukim serta sungai sebagai sumber penghidupan. Mulailah di tempat yang baru kedua rombongan menggarap tanah pertanian dan tempat bermukim dari rombongan. Saat itu wilayah Nagari Sumanik masih kosong dari penduduk, maka disusunlah tempat tinggal berdasarkan garis keturunan ibu atau diistilahkan dengan “matriakat”. Yang satu ibu , dinamakan :” SAPARUIK “ (satu perut) atau satu periuk. Kumpulan dari beberapa Paruik membentuk KAUM dalam sebuah Kampung , yang dipimpim oleh seorang PANGHULU KAUM atau PANGHULU ANDIKO. Seperti pepatah berbunyi :
“ KA LURAH SAMO MANURUN, KA BUKIK SAMO MANDAKI.
KA LURAH SAMO MANACARI AIA, KA BUKIK SAMO MANCARI AIA.
NAN BAREK SAMO DIPIKUAH , NAN RINGAN SAMO DIJINJIANG.
SACIOK BAK AYAM, SADANCIANG BAK BASI. SA SANAK SA KAMANAKAN “.
Setiap Panghulu didampingi oleh : DUBALANG (Hulubalang), MANTI (Pegawai) dan KHATIK (urang siak). Satu kesatuan dengan PANGHULU KAUM ; dinamakan : “ URANG AMPEK JINIH “.
Setelah berkembang, beberapa kampung membentuk sebuah persukuan, yang dipimpin oleh Kepala Suku atau “PANGHULU PUCUAK”. Dalam suku membentuk “ LAZAT”. LAZAT adalah persekutuan bermusyawarah, berkumpul, bersidang dan bermufakat. Keputusan yang diambil oleh LAZAT dengan senang hati masyarakat menerima keputusan yang di ambil sebagai kesepahaman dan kesepakatan bersama. Yang kemudian dituangkan dalam sebuah peraturan dalam suku. Untuk mengaplikasikan peraturan tersebut diwujudkan dalam sebuah bentuk kerjasama antara anggota suku yang diistilahkan dengan “ GOTONG ROYONG”. Gotong royong dilaksanakan secara kekeluargaan, kolektif dan satu tujuan. Yaitu untuk kesejahteraan bersama seluruh masyarakat suku dan kaum. Dengan jiwa kegotong royongan inilah sawah dan ladang dicancang lateh atau ditaruko. Sawah pusako di buat berjenjang-jenjang, berlupak-lupak dan dibuatkan “ banda “ atau irigasi buatan.
C.PENGATURAN AIR IRIGASI.
Dalam pengaturan pemakaian air bagi lupak-lupak sawah tersebut dibuatlah suatu kesepakatan yang dituangkan dalam peraturan yang dipatuhi oleh seluruh anggota pemakai air dari banda buatan tersebut, karena 2/3 dari sawah-sawah yang ada adalah “ BABANDA KA LANGIK “.
Secara garis besar petak sawah yang ditaruko tadi, dibagi atas 3 klasifikasi atau tingkatan, yaitu : SAWAH DAHULU, SAWAH MANANGAH dan SAWAH KUDIAN.
Ke- 3 Tingkatan ini diataur jadwal penyaluran airnya, sebagai berikut :
- SAWAH DAHULU, memperoleh air irigasi dari pukul 5 sore atau jam : 17.00 WIB sampai pukul 5 subuh atau terbit fajar atau jam : 05.00 WIB esok harinya.
- SAWAH MANANGAH, memperoleh air dari pukul 1 siang atau jam : 13.00 WIB sampai pukul 5 sore atau jam : 17.00 WIB di hari yang sama.
- SAWAH KUDIAN, memperoleh air irigasi dari pukul 5 subuh atau terbit fajar sampai pukul 1 lohor atau jam : 13.00 WIB di hari yang sama.
Pembagian air ini di buat di atas batu “ SAMO LAWEH DAN SAMO TINGGINYO “, dengan komposisi pembagian 1/3 sampai ke 1/4 bak. Karena peraturan itu tidak tertulis atau tidak ada hitam-putihnya, supaya dapat di patuhi bersama maka pemilik sawah dikumpulkan oleh “TUO BANDA” dan dibuatkan kemufakatan dihadapan PANGHULU ANDIKO bahwa pembagian air yang diistilahkan dengan “SIMPANG SABALAH” ini tidak boleh di robah sendiri-sendiri dan dibuatkan dengan kotbah sumpah satiah yang dikarang atas kesepakatan bersama. Adapun bunyi sumpah tersebut adalah :
“ SALAMO GUNUANG MARAPI ADO, SALAMO GAGAK HITAM.
SALAMO AWAN PUTIAH, SALAMO AIA MANGALIA.
SAUMPAMO SABATANG KAYU :
KA ATEH INDAK BAPUCUAK, KA BAWAH INDAK BA UREK. DI TANGAH-TANGAH DI GIRIAK KUMBANG.
KANAI SUMPAH BISO KAWI, MAKO DI SITU SALASAILAH PERATURAN BANDA “
D.PENGATURAN TURUN KE SAWAH.
Waktu turun ke sawah juga di atur sedemikian rupa , dimana dikerjakan dulu SAWAH DAHULU. Setelah Sawah Dahulu di tanami dan sudah jernih airnya, berulah disalurkan air ke SAWAH MANANGAH. Sesudah Sawah Manangah di tanami dan jernih airnya, berulah disalurkan airnya ke SAWAH KUDIAN. Peraturan ini harus di taati, seperti pepatah berbunyi :
“ BUMI SONANG, PADI MANJADI, RAKYAT AMAN SENTOSA.
S SACIOK BAK AYAM, SADONCIANG BAK BOSI.
R RASAN AIA KA PAMATANG, RASAN MINYAK KA KUALI.
S SAHINO SAMALU.
T TANAH SABINGKAH LAH BA PUNYO, NAN MALU BALUN DI AGIAH. “
E. PEMBAGIAN SUKU DAN KAUM.
Dengan pembentukan kaum dan suku pada poin. B di atas, maka terjadilah Nagari Sumanik dengan ANAM SUKU dan ANAM KAPALO PUCUAK yang peraturan adatnya sama setiap suku. Ke- 6 Suku tersebut, adalah :
- 1. SUKU PILIANG LOWEH ( dengan 4 paruik), dikepalai oleh : Dt. SIBUJUAH.
- 2. SUKU PILIANG SONI (dengan 5 paruik), dikepalai oleh : Dt. SARIPADUKO.
- 3. SUKU KOTO (dengan 3 paruik), dikepalai oleh : Dt. SUDARIYO.
- 4. SUKU BODI CHANIAGO (dengan 2 paruik), dikepalai oleh : Dt. PADUKO TUAN.
- 5. SUKU MANDAHILIANG KAMPAI (dengan 3 paruik), dikepalai oleh : Dt. MARAJO KAYO.
- SUKU MANDAHILIANG PANAI (dengan 2 paruik), dikepalai oleh : Dt. BAGINDO MALANO.
Jumlah paruik atau kampung sangat tergantung kepada nenek moyang orang Sumanik yang berdiam di Sebelah Selatan dari Wilayah Nagari Sumanik. Seperti pepatah yang keluar dari lubuk hatinya mengatakan :
“ TAGUAH-TAGUAH DUDUAK MA UKUIA , ANGIN SARUGO NAK KALUA.
SUNGGUAH-SUNGGUAH DUDUAK BA PIKIA , DATANGLAH PATUNJUK DARI ALLAH “.
F. PEMBERIAN NAMA NAGARI.
Setelah selesainya di tatanya wilayah, kaum dan suku maka tibalah saatnya untuk memberi nama Nagari yang sudah dibentuk dengan nama yang bermakna yang dalam dan dapat memberikan inspirasi dan fanatisme bagi rakyatnya. Kemudian dicarilah momentum- momentum dan kebiasaan anak nagari, yang salah satunya adalah kebiasaan anak gadis dan kaum perempuan yang suka memakai perhiasan manik-manik atau koban sebagai peninggalan Kebudayaan Hindu. Yang bewarna merah yang besarnya sebesar ibu jari tangan (terbesar), menengah sebesar jari tunjuk dan terkecil sebesar jari kelingking serta adapula yang sebesar puntung rokok. Manik-manik ini kemudian di tusuk lima-lima dan digantungkan di dada sampai dekat leher sebanyak lima deret yang kemudian di kalungkan ke leher anak gadis dan cucu kandungnya. Waktu anak gadis dan cucu ini pergi mandi ke tempat pemandian umum dan tapian, banyak kaum ibu lain yang terpesona dan terkagum-kagum dengan keindahannya atau dengan sebutan “ Rancak dipandang mato “.
Berita keindahan kalung manik-manik ini tersebar pula kepada kaum ibu-ibu yang berada di sebelah Utara, sehingga kebiasan memakai kalung manik-manik ini menjadi budaya bagi masyarakat Nagari Sumanik pada umumnya. Maka pada suatu hari diadakanlah rapat oleh Urang Ampek Jinih di Balai-balai Adat pasar Balai Okoak Sumanik. Rapat di pimpin oleh Dt. SIBUJUAH, Pucuak Adat dalam Suku Piliang Loweh. Dalam rapat tersebut diputuskan bahwa kata SUSUNAN MANIAK, menjadi nama nagari SUMANIAK, yang kemudian populer dengan sebutan “ S U M A N I K “.
DISADUR DI SUMANIK , 28 OKTOBER 2021.
DARI BUKU YANG DI KARANG OLEH ABBAS BAGINDO RAJO DENGAN JUDUL : “PROSPEK PERJALANAN ADAT KEBESARAN DAN HELAT PENGHULU DI NAGARI SUMANIK ALAM MINANGKABAU “
DITULIS KEMBALI OLEH :
Ir. WENDRA ALAMSYAH DT. PADUKO MAJOLELO
SEJARAH TERBENTUK
DAN BERDIRINYA NAGARI SUMANIK
Disusun Oleh :
Ir. WENDRA ALAMSYAH “DT. PADUKO MAJOLELO”
TAHUN 2022